Posts

Showing posts from July, 2015

Rumah Kedua dan Semaian Mimpi 30 Juz

Image
Apa yang kiranya aku sebut ‘Rumah Kedua’? Bagiku, yang hanya menumpang rumah orangtua sejatinya memang tidak punya rumah. Aku terlahir tanpa bekal, karena tugasku justru harus mengumpulkan bekal untuk kembali ke rumah asli manusia, yaitu surga. Tapi ayah dan bunda mengizinkanku untuk tinggal disini, setidaknya sampai dekade kedua. Karena selama atau setelah melalui masa berkepala dua, aku harus membangun rumahku sendiri. Tentunya, untuk membersamai istriku nanti. Lalu apa yang kumaksud ‘Rumah Kedua’ itu, rumah yang kubangun dengan pasangan hidupku? Tentu bukan. Ada satu rumah yang menjadi tempatku berproses sebelum menjemput impian dan bidadari keduaku. Rumah itu, sebuah rumah peradaban, rumah perubahan, yang menjadi muara dari cita-cita luhur seorang muslim menjadi hafidz. InsyaAllah. “ Dan sesungguhnya, telah Kami mudahkan Al-Qur’an untuk diingat.. ” – QS. Al-Qalam: 17 Di rumah kedua, dengan segenap mimpi yang ingin aku bangun disini. Mimpi yang mendekatkanku pada-Nya,

Surga Yang Diturunkan Ketika di Dunia

Image
Sudah sebulan hampir berlalu.. setelah bermunajat dengan amalan-amalan, lantunan doa, dan dzikir di setiap petang, kini berganti dengan sebuah malam dalam kemenangan. Allah Maha Besar, sebagaimana kita menyerukan nama-Nya di sepanjang malam itu.. di seantero belahan bumi ini, yang menandakan kebesaran akan kuasa-Nya. Seakan menjadi syahdu, kerinduan akan Tuhan kian terasa begitu membuncah, seiring bertemunya jiwa-jiwa dalam muara rindu dari segala rindu. Sebagian menyebutnya, inilah secuil surga yang diturunkan semasa masih di dunia: naungan keluarga dalam kerinduan akan Tuhannya. Setelah berkelana mencari bekal untuk keberlangsungan hidup, ada saatnya untuk pulang. Menumbuhkan lagi cinta yang terpisah jarak dan waktu, diantara jeda sekian lamanya untuk bertemu. Siapa lagi kiranya yang akan kita tuju? Adalah mereka, seribu wajah yang menyimpan harapan akan buah hatinya, sosok hebat yang senantiasa mengajarkan kita untuk menaklukkan dunia, layaknya tempaan Sultan Murad II pada Muha

Sebelum Kita Bersama

Image
Aku yang diam-diam, jatuh. Jatuh pada satu pilihan diantara banyak hati yang menawan. Aku yang mencari perhiasan terbaik di dunia, jauh lebih indah dari kilau permata dan ufuk langit senja. Aku yang berusaha menggenapkan kesempurnaan agama, demi bersatunya dua hati berbeda. Aku yang mencoba memahami kehendak Tuhan tentang kehidupanku bersamamu, nanti.  Aku dan kamu, kemudian melebur menjadi satu: kita. Meninggalkan sikap egois masing-masing, untuk satu hal yang akan kita bangun bersama menjadi sebuah keluarga. Menjalani cerita yang akan kita ukir berdua pada setiap sendi kehidupan dalam naungan-Nya. Maukah kamu, mendampingiku sebagai teman hidup, bersama-sama mewujudkan surga dunia sebelum surga akhirat, menengadahkan doa pada-Nya atas cita-cita yang akan kita raih disini, di bumi ini? Sebelum kita bersama, semoga bisa saling memahami arti kesendirian ini. Jarak dan waktu telah memberi jeda untuk kita bertemu, memupuk setiap kerinduan menjadi semakin membuncah. Rindu ini, dapa