Posts

Showing posts from 2015

Perempuan dan Sebuah Ikatan dalam Kepastian

Image
Sore kemarin, keadaan memaksaku menyelinap diantara kerumunan perempuan. Aku, bukan sedang dalam pencarian dengan makhluk Allah yang paling indah ini. Gramedia Sudirman, seakan menjadi sebuah persaksian tentang proses pendewasaan dan hati, untuk menuju satu bahtera bernama rumah tangga. Fahd Pahdepie, kulihat duduk di depan rak-rak buku menyambut antusias para pembaca setianya. Sementara arloji yang kian perlahan menunjukkan angka 02:00 siang, menandakan bedah buku berjudul “Rumah Tangga” segera dimulai. Para perempuan, dengan hikmat mencerna setiap kata demi kata dari penulis buku favoritnya ini. Aku yang berdiri sendirian sebagai seorang laki-laki disana, kemudian mengambil satu kesimpulan. Bukan pada isi hasil diskusi dengan Bang Fahd tentang bukunya, tapi kerumunan perempuan yang terlihat jelas di depan mataku cukup menjadi jawaban tersirat. Mereka, dengan semangat berjamaah mau menjemput jodoh rahasianya dengan cara mulia, dengan jalan yang tak biasa: memantaskan. Salah satu

Gowes Merdeka: Menjelajah Kebun Teh Nglinggo, Puncak Wedosari, dan Gunung Kukusan

Image
Apa yang ada di benak pelajar Indonesia ketika mendengar tanggal 17 Agustus? Ada yang menjawab hari kemerdekaan NKRI, lomba pitulasan balap karung maupun panjat pinang, dan mayoritas pasti akan merespon dengan nada kurang semangat: upacara bendera! Bagaimana kurang greget, karena sedari pagi sampai menjelang siang mereka harus pasrah menahan terik matahari, demi menunggu detik-detik proklamasi kemerdekaan Indonesia. Coba kalau adek-adek kita ini mau dan mampu memahami, betapa dulu semangat dan gregetnya para pahlawan kita memperjuangkan kemerdekaan tanah air. Ya, andai mereka sebentar saja membayangkan ada di masa-masa itu. Maka dari itu, tak masalah jika harus melaksanakan amanat ibu guru untuk ikut upacara bendera dan berlatih menjadi manusia super sabar, karena harus tahan mengeluh dan bertetesan peluh. Lalu, bagaimana dengan nasib kami-kami bergelar mahasiswa, pegawai kantoran, dan masyarakat selo yang hobby nenteng sepeda kemanapun berada? Jangan salah, kami juga melaksanak

Satu Per Satu

Image
"Mendaki tangga Puncak Kukusan, Magelang. Masih dengan helm dan safety sepeda, karena untuk menuju tempat ini saya harus gowes 50 kilometer jauhnya dari pusat Kota Yogyakarta. Perjuangan." Mendaki satu per satu tangga, hingga sampai ke atas Kadang, kita sudah takut ketika melihat tingginya puncak, mengira-ira jauhnya jarak yang akan ditempuh Sungguh, suatu ketakutan yang kita ciptakan sendiri, padahal belum juga mencoba menapaki satu langkah Apa yang sebenarnya dibutuhkan, hanya akan kita temui di dalam hati Suatu keyakinan bahwa kita bisa, karena terus berusaha Nikmati saja prosesnya, karena membayangkan jauhnya medan hanya membuat kita merasa kecil Jalani saja alurnya, karena indahnya hidup akan kita temui di sela-sela perjalanan menuju ke atas Wahai mimpi yang masih di puncak, sebentar lagi langkah ini akan menjemputmu Dengan sujud Subuh dan lantunan ayat cinta-Nya, akan menjadi muara semangat di setiap pagi Dengan doa restu Ibu dan kerja ker

Bergeraklah, Karena Diam Itu Mematikan

Image
Masing-masing telah menyadari bahwa setiap pencapaian pasti melalui prosesnya. Kita sama-sama bergerak, meninggalkan diam yang dianggap emas, namun sebenarnya dalam diam hanya akan mematikan langkah. Karena tidak selamanya dunia memperlakukan sikapnya yang sama dengan hari ini, atau bahkan detik ini. Adapun akhirat juga selalu menanti kedatangan kita, dengan jalan malaikat-Nya menjemput nyawa, kapan saja. Siapkah hanya berbekal seadanya? “ Bukan kesulitan yang membuat kita takut, tapi ketakutan yang membuat kita sulit. Karena itu, jangan pernah mencoba menyerah, dan jangan menyerah untuk mencoba. Jangan katakan pada Allah aku mempunyai masalah yang besar, tapi katakan pada masalah bahwa aku punya Allah Yang Maha Besar .” – Ali bin Abi Thalib Untuk setiap mimpi yang kian meredup, sadarilah bahwa kita hanya perlu untuk berpindah. Menghidupkan mimpi itu ke dalam lingkungan yang lebih membangun, bersama mereka yang selalu mempunyai cahaya harapan akan kebahagiaan esok pagi. Untuk

Refleksi 365 Hari: Tetaplah Bertahan, Menjadi Mahasiswa

Image
Dua semester terlewati. Setahun yang lalu, siapa yang membuat keputusan untuk berkuliah di kampus ini? 365 hari yang terlampaui, suara hati mana yang berseru untuk memilih jurusan ini? Bukannya sudah tak ada lagi campur tangan -bahkan sekedar usulan-, orangtua tak terlibat untuk urusan ini. Karena kebanyakan dari mereka belum pernah sekalipun mengenyam pendidikan sarjana, mana berani mengusulkan perguruan tinggi asal-asalan untuk anaknya. Mereka mempercayai pilihan buah hatinya, lalu dibebaskannya untuk menentukan jalan masa depan yang akan dituju. Kita yang memilih, kita juga yang harus bertanggungjawab. Demi pengorbanan keringat ayah ibu untuk membuat anaknya kelak menjadi dokter, arsitek, engineer .. berjanjilah untuk membuat senyum mereka tetap mengembang.  Mungkin ada sedikit dari kita, para mahasiswa berumur setahun yang akhirnya menyadari bahwa selama ini salah jalan. Sebenarnya kita hanya perlu menengok sejenak kebelakang. Untuk sampai sejauh ini, sudah berpeluh-peluh keri

Rumah Kedua dan Semaian Mimpi 30 Juz

Image
Apa yang kiranya aku sebut ‘Rumah Kedua’? Bagiku, yang hanya menumpang rumah orangtua sejatinya memang tidak punya rumah. Aku terlahir tanpa bekal, karena tugasku justru harus mengumpulkan bekal untuk kembali ke rumah asli manusia, yaitu surga. Tapi ayah dan bunda mengizinkanku untuk tinggal disini, setidaknya sampai dekade kedua. Karena selama atau setelah melalui masa berkepala dua, aku harus membangun rumahku sendiri. Tentunya, untuk membersamai istriku nanti. Lalu apa yang kumaksud ‘Rumah Kedua’ itu, rumah yang kubangun dengan pasangan hidupku? Tentu bukan. Ada satu rumah yang menjadi tempatku berproses sebelum menjemput impian dan bidadari keduaku. Rumah itu, sebuah rumah peradaban, rumah perubahan, yang menjadi muara dari cita-cita luhur seorang muslim menjadi hafidz. InsyaAllah. “ Dan sesungguhnya, telah Kami mudahkan Al-Qur’an untuk diingat.. ” – QS. Al-Qalam: 17 Di rumah kedua, dengan segenap mimpi yang ingin aku bangun disini. Mimpi yang mendekatkanku pada-Nya,

Surga Yang Diturunkan Ketika di Dunia

Image
Sudah sebulan hampir berlalu.. setelah bermunajat dengan amalan-amalan, lantunan doa, dan dzikir di setiap petang, kini berganti dengan sebuah malam dalam kemenangan. Allah Maha Besar, sebagaimana kita menyerukan nama-Nya di sepanjang malam itu.. di seantero belahan bumi ini, yang menandakan kebesaran akan kuasa-Nya. Seakan menjadi syahdu, kerinduan akan Tuhan kian terasa begitu membuncah, seiring bertemunya jiwa-jiwa dalam muara rindu dari segala rindu. Sebagian menyebutnya, inilah secuil surga yang diturunkan semasa masih di dunia: naungan keluarga dalam kerinduan akan Tuhannya. Setelah berkelana mencari bekal untuk keberlangsungan hidup, ada saatnya untuk pulang. Menumbuhkan lagi cinta yang terpisah jarak dan waktu, diantara jeda sekian lamanya untuk bertemu. Siapa lagi kiranya yang akan kita tuju? Adalah mereka, seribu wajah yang menyimpan harapan akan buah hatinya, sosok hebat yang senantiasa mengajarkan kita untuk menaklukkan dunia, layaknya tempaan Sultan Murad II pada Muha

Sebelum Kita Bersama

Image
Aku yang diam-diam, jatuh. Jatuh pada satu pilihan diantara banyak hati yang menawan. Aku yang mencari perhiasan terbaik di dunia, jauh lebih indah dari kilau permata dan ufuk langit senja. Aku yang berusaha menggenapkan kesempurnaan agama, demi bersatunya dua hati berbeda. Aku yang mencoba memahami kehendak Tuhan tentang kehidupanku bersamamu, nanti.  Aku dan kamu, kemudian melebur menjadi satu: kita. Meninggalkan sikap egois masing-masing, untuk satu hal yang akan kita bangun bersama menjadi sebuah keluarga. Menjalani cerita yang akan kita ukir berdua pada setiap sendi kehidupan dalam naungan-Nya. Maukah kamu, mendampingiku sebagai teman hidup, bersama-sama mewujudkan surga dunia sebelum surga akhirat, menengadahkan doa pada-Nya atas cita-cita yang akan kita raih disini, di bumi ini? Sebelum kita bersama, semoga bisa saling memahami arti kesendirian ini. Jarak dan waktu telah memberi jeda untuk kita bertemu, memupuk setiap kerinduan menjadi semakin membuncah. Rindu ini, dapa