Sebelum Kita Bersama
Aku yang diam-diam,
jatuh. Jatuh pada satu pilihan diantara banyak hati yang menawan. Aku yang
mencari perhiasan terbaik di dunia, jauh lebih indah dari kilau permata dan
ufuk langit senja. Aku yang berusaha menggenapkan kesempurnaan agama, demi
bersatunya dua hati berbeda. Aku yang mencoba memahami kehendak Tuhan tentang
kehidupanku bersamamu, nanti.
Aku dan kamu, kemudian
melebur menjadi satu: kita. Meninggalkan sikap egois masing-masing, untuk satu
hal yang akan kita bangun bersama menjadi sebuah keluarga. Menjalani cerita
yang akan kita ukir berdua pada setiap sendi kehidupan dalam naungan-Nya. Maukah
kamu, mendampingiku sebagai teman hidup, bersama-sama mewujudkan surga dunia
sebelum surga akhirat, menengadahkan doa pada-Nya atas cita-cita yang akan kita
raih disini, di bumi ini?
Sebelum kita bersama, semoga
bisa saling memahami arti kesendirian ini. Jarak dan waktu telah memberi jeda
untuk kita bertemu, memupuk setiap kerinduan menjadi semakin membuncah. Rindu ini,
dapat meledak sewaktu-waktu.. saat Tuhan mengizinkan hatiku jatuh padamu. Tapi,
kapan rindu itu akan berujung? Aku tahu Dia punya rencana sedemikian hebatnya,
mempertemukan dua insan dalam sebaik-baiknya waktu, dalam keadaan yang paling
siap untuk menjemput kesempurnaan agama-Nya.
Sebelum kita bersama,
sebenarnya ada hal yang lebih penting dari sekedar menebak-nebak misteri
tentang siapa dirimu, kapan waktu kita bertemu, atau dimana cinta itu berlabuh.
Adalah bagaimana keadaan yang kita ciptakan setelah janji suci itu terucapkan?
Memantaskan diri, saling menjemput cinta itu dalam taat, dalam kehormatan. Kita
saling menyempurnakan bekal agama, pun menjemput ilmu dunia juga tak kalah
pentingnya. Selain sebagai persiapan menjemput rezeki-Nya, juga akan menjadi
pelita untuk menembus redupnya jalan kehidupan yang kita lalui. Apalagi kamu,
yang sejatinya menjadi calon ibu. ”Entah
akan berkarir atau menjadi ibu rumah tangga, seorang wanita wajib berpendidikan
tinggi, karena ia akan menjadi ibu. Ibu-ibu cerdas akan menghasilkan anak-anak
cerdas.” (Dian Sastrowardoyo).
Akhirnya, kita sama-sama
menyadari. Perjuangan sebenarnya adalah saat dimana sebelum kita bersama.. tak
letih berusaha demi keyakinan yang sama-sama kita tanam: “..wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki
yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)” (QS An-Nur: 26). Selamat
berproses disana, dinda.. demi seseorang yang telah menunggu hadirmu melalui
pesan ini.
***
Salam, dariku yang setia
menggenggam dalam segenap keyakinan atas janji-Nya: Andi Sujadmiko.
Insya Allah segera dipertemukan dg jodohnya ya..
ReplyDeleteAamiin, terimakasih sudah blogwalking di blog saya. Salam kenal..
Delete