Tangan Tuhan Dibalik Tulisan
Sampai
saat ini, kita selalu mengingat istilah Tangan
Tuhan identik dengan sebuah gol Maradona yang dilakukan menggunakan tangannya,
entah itu karena kesengajaan atau tidak. Lalu, mengapa disebut Tangan Tuhan? Dalam prosesnya, Tuhan
memang sengaja ‘menyamarkan’ pandangan seorang pengadil lapangan sebagai sebuah
bentuk pertolongan-Nya, sehingga akhirnya pleluit dibunyikan dan gol tersebut
disahkan. Terlepas dari kontroversi pro-kontra kejadian Maradona, Tangan Tuhan dianggap sebagai x-factor dalam kehidupan kita
sehari-hari. Ya, diluar batas nalar kita, Tuhan hadir memudahkan dan memberi
jalan dalam setiap urusan.
Kali
ini yang menjadi Tangan Tuhan saya
adalah lewat tulisan sebelumnya, ‘Sebungkus Nasi Rames Yang Mengantarku Ke UGM‘. Haru,
sekaligus bangga karena sebenarnya berawal dari niat berbagi pengalaman, namun
bisa menginspirasi lebih dari 2,000 pasang mata yang membacanya. Menurut saya,
rating pembaca yang tinggi pada sebuah tulisan hanyalah bonus, yang terpenting
adalah pesannya tersampaikan. Nah, berangkat dari tulisan yang juga dipublish
akun @UGMYogyakarta tersebut, saya mengalami beberapa kejadian di luar batas
pikiran. Seolah-olah lewat perantara tulisan itu, Tuhan selalu ikut andil menggerakkan
langkah saya sampai saat ini.
***
Cerita Pertama: Sepeda Yang Tergantikan.
PPSMB Palapa, bagi Gamada tentu bukanlah hal yang asing lagi. Sebuah rangkaian
pengenalan seluk-beluk Universitas Gadjah Mada, sekaligus pembekalan sebelum
dimulainya aktivitas ngampus. Tepat
tanggal 16 Agustus 2014, gladi bersih upacara PPSMB Palapa dilaksanakan, dan
saya sangat antusias mengikuti seluruh rangkaian kegiatannya. Seperti biasa,
tak lupa selalu membawa sepeda putih kesayangan kalau pergi kemana-mana. Awalnya
merasa aman memarkir sepeda di kantong parkir sepeda kampus di depan Gelanggang
Mahasiswa UGM dalam keadaan terkunci. Namun, apa yang terjadi setelah mengecek
kembali jam 13:00 siang? Bisa ditebak, sepeda hasil kerja keras selama magang
itu hilang. Sempat panik, pikiran buyar karena dalam keadaan tersebut harus
segera menyelesaikan tugas PPSMB yang menumpuk, sementara hanya berbekal uang
saku terbatas, dan juga limit pulsa. Menghubungi pihak keamanan kampus, mencari
jalan keluar agar sepeda segera ditemukan pun sudah dilakukan. Terlintas dalam
pikiran, mencoba menghubungi relasi sekomunitas Bike To UGM yang kebetulan
bekerja di bagian Humas UGM, Mas Ega Zulfikar. Berkat bantuan Mas Ega ini,
pelaporan kehilangan sepeda saya diurus teman-teman Humas UGM melalui SKKK UGM,
bahkan sampai di LPPM UGM. Entah bagaimana jalan ceritanya, seorang Proffesor Harno di LPPM UGM mendapati berita tersebut, dan ternyata beliau juga sempat
membaca tulisan saya sebelumnya, ‘Nasi Rames Yang Mengantarku Ke UGM‘. Hanya
Tuhan pemilik skenario terbaik, yang pada kesempatan tersebut kebetulan ada
hajat pada salah satu anggota keluarga beliau. Dan dari sanalah, sebuah niat
baik beliau dan keluarga malah memberikan hajat tersebut pada saya. Lewat
sebuah sms, Mas Ega segera memberitahu kabar menggembirakan bagi saya untuk
mengambil sebuah sepeda bantuan Prof. Harno tepat pada acara pembukaan PPSMB
Palapa, 18 Agustus 2014. Betapa haru, pertolongan Tuhan begitu cepat dan
melalui jalan yang tidak diduga-duga sebelumnya. Hal lain yang saya syukuri
adalah, pada hari disaat kehilangan sepeda, saya dihubungi pembimbing asrama
Dompet Dhuafa untuk mulai tinggal disana yang jaraknya tidak jauh dari UGM,
serta dibantu segala urusan kepindahannya. Alhamdulillah.. “Tuhan, memang tidak selalu memberikan apa
yang hamba-Nya inginkan, namun sadarilah bahwa Dia selalu memenuhi apa yang
hamba-Nya butuhkan.”
Cerita Kedua: Berbagi Di Atas Podium.
Saya adalah alumni dari sebuah lembaga beasiswa untuk anak bangsa, Tunas
Indonesia Jepang (TIJ). Pada 18 Oktober 2014 lalu, berkesempatan sharing
bersama adek-adek penerima manfaat beasiswa TIJ, di acara Gathering TIJ Batch
V, bertempat di Hall Perpustakaan-SV UGM. Meskipun tak lepas dari trial and error karena baru pertama kali
bisa sharing di acara resmi, namun yang bisa saya ambil adalah kesempatan yang
tidak semua orang bisa mengalami. Bersyukur bisa berada di atas podium untuk
sekedar sharing, presentasi, melatih public
speaking, serta mengenal calon tunas-tunas bangsa yang kelak akan menjadi
orang besar, InsyaAllah. Sebelumnya, ada yang tanya, “Kok bisa sih seorang Andi Sujadmiko sampai dipercaya ngisi acara
Gathering TIJ?” Lagi-lagi ingin saya katakan, ini karena feedback luarbiasa
tulisan ‘Nasi Rames Yang Mengantarku Ke UGM’. Ya, tiba-tiba saya dikontak oleh
Pak Hanggoro Tri Rinonce, seorang dosen Patologi Anatomi – Fakultas Kedokteran
UGM yang kebetulan menempati jabatan strategis di TIJ. Beliau meminta izin agar
tulisan saya di blog bisa dipublish di tunas-indonesia.org sekaligus meminta
kesediaan saya berbagi bersama adek-adek di Gathering TIJ Batch V. Dengan
senang hati, saya meng-iya-kan tawaran beliau, dan kemudian kini menjadi salah
satu pendamping bagi penerima manfaat TIJ selama masa bakti 2014/2015. Amanah
menjadi volunteer adalah pengalaman berharga, berawal dari sebuah tulisan saya
mengalami jalan hidup seperti ini. Indahnya..
Cerita Ketiga: Menjadi Awak Bul. Berawal
dari event Gelanggang Expo 2014, saya mengenal sebuah UKM badan pers mahasiswa
kampus yang bernama Surat Kabar Mahasiswa (SKM) UGM Bulaksumur. Menjadi penulis
besar seperti Azhar Nurun Ala, Kurniawan Gunadi, atau Rindu Ade adalah mimpi
saya selama kuliah. Minimal ya, ada 1 sampai 3 buku yang ingin saya terbitkan
selama berlebel seorang mahasiswa. Disini saya butuh sebuah wadah untuk
mengasah skill saya di bidang tulis menulis, sekaligus belajar organisasi.
Tahapan seleksi memang cukup ketat, dari pengumpulan berkas, tes tertulis,
wawancara, sampai pada forum group
discussion. Pada tahap pengumpulan berkas, disana harus mencantumkan karya
yang pernah dipublish media massa. Lalu setelah saya pikir-pikir, apa ya? Sekilas
kemudian teringat pada sebuah tulisan saya yang dipublish tunas-indonesia.org.
Saya ambil screenshotnya, dan dimasukkan bersama berkas lain pada amplop coklat
besar bertuliskan identitas diri dan divisi Litbang. Entah seberapa besar
pengaruhnya pada tahap seleksi, yang jelas saat ini sangat bersyukur menjadi
bagian 78 mahasiswa beruntung dari total 258 peserta seleksi SKM UGM Bulaksumur
angkatan 2014. Amanah baru, InsyaAllah saya jalankan dengan tenang karena ini
juga hobby saya. “Selamat berkarya dengan
tulisan!”, begitulah kiranya apa yang kakak angkatan ingin disampaikan pada
saya dan anak-anak magang SKM UGM Bulaksumur yang lainnya. Selamat!
Jika kamu ingin mengetahui dunia, bacalah.
Jika kamu ingin dunia mengetahuimu, maka menulislah. Masih ragu untuk
memulai menulis kisah hidupmu? Menulislah.. tebarkan inspirasi kepada sesama.
Saat acara penyambutan orangtua mahasiswa baru UGM dan pengambilan bantuan
sepeda dari Prof Harno, ayah saya sempat ditanya para staff Humas UGM, “Maaf Pak, dengan orangtua dari Andi
Sujadmiko yang masuk UGM karena nasi rames itu ya?” :’)
merasa kudet banget sebagai blogger nih baru baca tulisannya andi, sediiih ;____; padahal begitu menginspirasi! (y) jempol dua, salam kenal! :)
ReplyDeleteSelamat membaca, semoga bermanfaat :) Ini masih belajar nulis kok, hehe. Salam kenal juga, dari Andi Sujadmiko Teknik Alat Berat UGM 2014.
Deletemenginspirasi sebuah artikel ini. Salam Kenal mas.
ReplyDeleteSalam kenal juga, terimakasih sudah menyempatkan mampir :)
DeleteTerimakasih telah sharing soal pengalamannya mas. Cara gaya menulis mas sy suka. Saya selalu ada keinginan buat berkecimpung di dunia jurnalistik tp tidak tau ingin mulai dari mana. Terutama soal menulis sy juga mahasiswi ugm ang'15 ingin jg join di ukm skm bulaksumur. Kira2 tips apa saja yg perlu dipersiapkan utk skm bulaksumur trims:)
ReplyDelete