Sebuah Nama, Sebuah Cerita

           Sebuah nama, sebuah cerita. Saya beranggapan, nama adalah anugerah dari Sang Kuasa lewat perantara kedua orangtua. Nama akan menjadi judul dari sebuah buku kehidupan kita masing-masing yang akan kita warnai semasa hidup di dunia. Begitu juga dengan saya, memerankan seorang ‘Andi Sujadmiko’, pemuda dari ufuk timur Yogyakarta yang dibesarkan diantara kultur Jawa dan agama yang kemudian membentuk karakternya. 

Menilik lebih dalam, maksud dari setiap kata dalam nama ternyata ada sesuatu yang orangtua harapkan dengan kehadiran saya. Andi, tentu sudah sangat populer di buku Bahasa Indonesia semasa sekolah dasar. Tentu saja, pasti berpasangan dengan Budi. Seakan berkata iya, saya mempunyai teman dekat bernama Budi. Lengkaplah sudah, Andi – Budi dalam legenda soal-soal pelajaran Bahasa Indonesia yang ternyata ada dalam kehidupan aslinya. Hmm.. saatnya kembali ke Andi, abaikan Budi sejenak. Cerita berkesan tentang dibalik nama ‘Andi’ saya dapatkan dari guru Bahasa Inggris semasa berseragam putih biru. “Andi adalah putra bangsawan Bugis, seorang yang kelak memimpin suatu kaum yang menaunginya.”. Aamiin.. begitu gumamku. Setidaknya doa sang guru itu perlahan-lahan menjadi nyata karena waktu itu saya sebagai ketua kelas. InsyaAllah jika Tuhan mengizinkan, Andi akan tetap memperjuangkan harapan atas namanya menjadi pemimpin kelak. Saya juga bangga mempunyai nama Andi karena sudah banyak insan di negeri ini memiliki prestasi gemilang dengan nama yang sama, sebut saja Andi F. Noya. Namun akan seperti apa dan bagaimana kita nanti, tergantung usaha yang kita jalani mulai dari sekarang. Mau jadi Andi seperti Andi F. Noya atau Andi yang biasa-biasa saja? Semua adalah pilihan, tapi setiap orang tentu akan memilih yang terbaik.

Sedangkan, Sujadmiko menurut saya adalah paduan yang serasi dengan Andi. “Si tampan”, begitu saya cari maksud namanya lewat mesin pencari, Google. Namun lain hal ketika menanyakan arti nama ini dari orang-orang Jawa. Sujadmiko kependekan dari Jadmiko yang berarti “orang yang bermain dibalik layar”. Maksudnya, sutradara film? Oh bukan. Saya lebih senang menjadi orang dibalik layar diantara senyum anak-anak yang kurang beruntung, yatim, dan terlantar, karena saya dulu pernah merasakan hal serupa seperti mereka. Alhamdulillah, sekarang berkesempatan lebih dekat dengan mereka setelah ikut menghimpun suatu rumah zakat-infaq-shodaqoh di kampus UGM, serta tinggal di asrama amil zakat Dompet Dhuafa Yogyakarta. Dekat dengan mereka juga membuat saya semakin bersyukur akan kehidupan yang saya jalani sekarang. Begitulah mungkin maksud dari penamaan nama terakhir saya, Sujadmiko. 
  

Singkatnya, Andi Sujadmiko dapat didefinisikan dari penafsiran namanya menjadi: “Si tampan, pemimpin bangsawan Bugis yang bermain dibalik layar untuk mengukir senyum para dhuafa”. Nama adalah doa, dan itulah doa saya.

Comments

Popular posts from this blog

Sebungkus Nasi Rames Yang Mengantarku ke UGM

Tangan Tuhan Dibalik Tulisan

Bicara Jodoh: Merayu Sang Pemilik Hati