Perempuan Melankolis dan Laki-Laki Tak Romantis

           Aku yang sedari dulu berusaha memahami, dari setiap bahasa ragamu yang tiba-tiba saja berbuah rasa kecewa. Dalam heningmu, yang tanpa aku sadari ternyata air matamu sudah menetes jatuh terurai. Dibalik semua rasa cemburu yang kau simpan dalam diam, ada senyum yang sengaja untuk menutupi luka itu. Fitrah wanita yang sebenarnya ingin selalu diperhatikan, kadang terlewatkan oleh kesibukanku yang menyita waktu ini.

            Perempuan melankolis yang bertemu dengan laki-laki tak romantis, adalah suatu bencana. Tapi sejatinya kita bisa melengkapi satu sama lain dari keadaan kita masing-masing. Cinta sudah terlanjur menjadi kebutuhan, ketika rasa itu sudah terselipkan dalam hatimu. Rasa yang menuntut untuk terus dipupuk, dalam bentuk perhatian, atau sekedar kata-kata sanjungan yang membuatmu merasa lebih berarti. Seakan satu hal saja ada salam yang terlewat, aku harus siap-siap menerima ‘kejutan’ darimu yang bisa menjadi apapun bentuknya. Itulah dirimu, dengan segala keistimewaan dan keunikannya.

            Sementara aku, seperti yang sejauh ini kau ketahui. Manusia pembelajar, adalah prinsip yang aku pegang dalam melakukan hal apapun. Termasuk untuk persoalan yang satu ini, tentang hati. Bukan sebagai pembenaran, namun jangan mengambil satu kesimpulan karena aku masih belajar. Laki-laki dengan sikapnya yang tak romantis, menyimpan satu rahasia besar bahwa kamu adalah yang pertama. Seperti suatu metode percobaan yang berprinsip ‘trial and error’, mungkin sekarang kamu diperlakukan di fase itu. Dan fase itu hanya akan dilakukan pada hal-hal yang pertama. Namun pahamilah, aku hanya butuh waktu untuk berproses. Bukan untuk menjadi melankolis sepertimu, tapi laki-laki dibalik sikapnya yang tak romantis tetap menyimpan satu keistimewaan. Satu hal yang jarang aku berikan, tapi sekali aku tunjukkan, rasa itu akan membekas. Begitulah, diriku dengan segala kemampuan untuk berusaha yang terbaik dengan caraku sendiri.


            Kita bisa bersama lagi, sampai janji suci itu terucapkan. Masa depan ada di tangan Tuhan, namun sedari sekarang aku berusaha untuk menggenggam. Rencana-Nya memang jauh lebih sempurna, tetapi aku bisa merancang seindah apa rumah masa depan yang aku bangun kelak. Terimakasih telah memberi kesempatan untuk mengenal indahnya sosok perempuan lewat dirimu, dan menjalani secuil kisah tentang kita; perempuan melankolis dan laki-laki tak romantis.

[Andijadmiko]

Comments

  1. Beberapa kali saya juga berpikir, saya dan entah siapa akan menjadi pasangan perempuan melankolis dan laki-laki tak romantis. Sebenernya bisa jadi kolaborasi yang luar biasa loh.

    ReplyDelete
  2. Terimakasih sudah blogwalking, Mba Marfa, Mba Inda.. Saling share dan ngasih jejak disini :)
    Salam..

    ReplyDelete

Post a Comment

Pembaca yang cerdas tentu berkomentar dengan baik dan sopan. Terimakasih sudah mampir! :)

Popular posts from this blog

Sebungkus Nasi Rames Yang Mengantarku ke UGM

Tangan Tuhan Dibalik Tulisan

Bicara Jodoh: Merayu Sang Pemilik Hati