Bicara Jodoh: Kekhawatiran itu Pekerjaan Syaitan, Prasangka Baik itu Petunjuk Allah

Perjuangkanlah dia, sebelum diperjuangkan orang lain..”. Kalimat barusan sering saya baca di beberapa meme tentang nikah muda, semangat menyegerakan halal, dan sejenisnya. Seakan-akan ingin menyampaikan bahwa jodoh itu layaknya meng-apply lamaran magang: first come, first serve. Jodoh itu bukan bicara siapa cepat, dia dapat. Kalau mengacu ke kalimat pertama paragraph ini, maka yang jadi jodoh adalah pacar pertamanya, dong? Cinta monyetnya, kan? Padahal sudah berapa banyak mantan yang dihasilkan dari pacaran monyet? Banyak. Untung saya nggak. Haha. Jadi saya nggak punya kekhawatiran, trauma yang berlebihan karena masa lalu, meski saya pernah belajar memahami karakter perempuan setelah mengenal seseorang. Alhamdulillah.

Kekhawatiran itu pekerjaan syaitan. Jika kita cerna mentah-mentah memang benar, kalau nggak diperjuangkan si dia yang diidam-idamkan mana bisa jadi jodoh kita? Saya memahami persoalan sejuta umat ini dengan sederhana. Bolehlah calon jodoh kita diperjuangkan dulu sama yang lain, tapi kalau memang dia yang tertulis di Lauhul Mahfuz.. mau orang lain berjuang sebegimanapun pasti baliknya ke kita juga. Dan saya mah orangnya simple, nggak mau ribet. Bukannya persoalan itu Nabi suruh untuk mempermudah bukan dipersulit? Bisa jadi seseorang sedari dulu sudah punya nama yang tinggal didatangi, tapi orang itu malah jaga jarak. Saya lebih suka memperjuangkannya dalam diamnya tatapan, tapi ramai dalam ucapan doa. Dua is the greatest weapon, right? Action itu akan tetep ada, hanya saja tunggu timing yang pas. Dan timing yang pas itu hadir ketika Allah kasih prasangka yang baik, sebuah clue, insting.. yang selama ini saya terapkan ketika daftar kuliah di UGM, apply 2 beasiswa, masuk ke pondok, dan berbagai keputusan dalam hidup hasilnya ‘mberkahi’ kalau kata Gurunda Ustadz Salim A. Fillah. Dan itu anugerah Allah.

@ Pelabuhan Merine PT. Kaltim Prima Coal
Jadi ngapain masih pacaran? Udahlah.. berani putusin, toh kalau jodoh akhirnya balik lagi kan? Kenapa harus ragu dengan janji Allah, sih. Jika seseorang meninggalkan sesuatu karena Allah, maka akan diganti dengan lebih baik. Makna ‘lebih baik’ disini adalah bisa jadi diganti orangnya beneran yang lebih baik dari mantan sebelumnya, atau ternyata orang di masa lalu kita kembali lagi ke kehidupan kita dengan kondisi yang lebih baik, mungkin dari segi pemahaman agamanya, atau kondisi finansialnya.

Last words:
Work in silence, let “undangan” make the noise.

Comments

  1. kalau aku sendiri sih ga mau komentar apa-apa soal pacar-pacaran. Karena masih fokus dengan karir dan segala kesibukan lainnya :) yah meskipun bagi suatu "agama" atau "kelompok" tertentu yang punya paham sedikit lebih "eksplisit", tapi jujur aku pernah pacaran 2 kali. Yang pertama kandas tapi sekarang malah jadi seperti sahabat, dan yang kedua saya dimusuhin. Yap, karena dampak dari pacaran yang kedua inilah saya memutuskan untuk memang sedikit jaga jarak dengan wanita-wanita dan tidak ingin lagi pacaran karena memang agak serem juga sih kalau pacaran terus putus, terus musuhan. engga banget. makannya saya lebih milih sendiri saja :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semoga Mas Ade cepet diketemukan jodohnya dalam waktu yang terbaik ya :D Pengalaman memang guru terbaik kita :)

      Delete
  2. Saya pernah bahas tema seperti ini. Sulit memang diterima jika tidak merasakan sendiri. Kereb

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener banget! Thanks udah mampir, Mas Dani :)

      Delete
  3. Saya masih bingung. Ada yg berpendapat kalau jodoh itu tidak ada hadist yg menyebutkan masuk kedalam takdir. Dan bisa manusia mengubahnya. Dan apakah maksut saya. Kita berharap org itu jadi milik kita dan sllu berdoa, apakah bisa? Bukan diganti sifatnya, tp orgnya, misalkan A jd B. Ataukah ada jawaban "dia sudah ditakdirkan dgn A tidak bisa ke B"

    ReplyDelete
    Replies
    1. Jodoh itu rezeki, dan rezeki itu takdir yang bisa diusahakan. Coba baca lagi tulisan #sekuelbicarajodoh lainnya. Berdoa agar dijodohkan dengan seseorang itu boleh misal dengan si A. Dengan ketentuan doanya terbuka bukan tertutup. Maksudnya, tidak boleh kemudian memaksakan pada Allah agar si A 'hanya' dijodohkan untuk saya misalnya. Bukankah di zaman Rosul ada sahabat Nabi yang berdoa agar berjodoh dengan fulanah? Dan itu terjadi, doanya dikabulkan. Semoga membantu :)

      Delete

Post a Comment

Pembaca yang cerdas tentu berkomentar dengan baik dan sopan. Terimakasih sudah mampir! :)

Popular posts from this blog

Sebungkus Nasi Rames Yang Mengantarku ke UGM

Tangan Tuhan Dibalik Tulisan

Bicara Jodoh: Merayu Sang Pemilik Hati