Sebagai orang yang
mempunyai mesin kecerdasan In (Insting) -menurut STIFIn-, maka saya selalu
memiliki satu kecenderungan ketika dihadapkan pada beberapa pilihan. Dan ketika
orang-orang insting ini meyakini satu pilihan diantara beberapa opsi tersebut,
maka tak ada keraguan bahwa pilihannya akan menjadi kenyataan. Orang-orang
insting ini memiliki ‘mata ketiga’, begitu kata Farid Poniman sang penemu
STIFIn sekaligus petinggi Kubik Leadership. Dua kota yang saya pilih ketika
magang di semester 6 dan 7 (Sangatta, Kaltim dan Bandung, Jabar) adalah apa
yang insting katakan kepada saya 6 bulan sebelumnya. Begitupun ketika
bercita-cita masuk Rumah Tahfidz, 6 bulan sebelum dikabulkan oleh-Nya sudah
lebih dulu mempunyai insting tersebut. Ketika plotting lokasi KKN PPM UGM 2017, saya memilih daerah K1 yang bisa
berpotensi diacak diantara Gunungkidul, Boyolali, Magelang, atau Bantul.
Insting saya mengatakan akan ditempatkan di Bantul, tempat kelahiran saya.
Alasannya apa? Sudah capek keliling 2 kota diantara 2 pulau berbeda dalam 6
bulan, pengen lebih lama mengistirahatkan diri di rumah hehe. Ternyata Allah
lagi-lagi mengabulkan prasangka itu. Sebenarnya masih banyak lagi kejadian di luar
aktifitas kuliah yang melibatkan insting. Alhamdulillah, dengan karunia ini
saya merasa terbantu. Bagi teman-teman yang penasaran apakah termasuk orang
Sensing, Thinking, Intuiting, Feeling, atau Insting, silakan bisa kontak regional branch STIFIn di tiap kota.
|
KKN PPM UGM BTL-15 |
BTL-15, itulah unit kami
yang diterjunkan di Dusun Puton, Desa Trimulyo, Kabupaten Bantul. Per tanggal 2
Oktober 2017 selepas adanya upacara pelepasan di DPKM UGM, maka saya dan
teman-teman resmi mengabdikan diri untuk masyarakat Dusun Puton. Mendapat tema
dari kampus berupa pengembangan desa wisata di Dusun Puton, membuat kami langsung
berinisiatif survey lingkungan dan menyusun rencana program di minggu pertama. Kebetulan
sebagai warga asli Bantul, alhamdulillah tidak ada rasa canggung ketika
beradaptasi atau berinteraksi dengan warga selama 2 bulan, yaitu antara 2
Oktober sampai 29 November 2017.
Baiklah, disini saya ngga
akan cerita untuk hal-hal yang bersifat teknis dan detail terkait program kerja
ya teman-teman. Postingan tentang KKN PPM UGM ini lebih kepada sharing
pengalaman saja, wa bil khusus ngasih gambaran buat adek-adek angkatan yang sedang mempersiapkan KKN.
KKN
Mengajarkan Solidaritas Antar Fakultas
Apa yang teman-teman UGM
rasakan jika menonton Porsenigama bersama kelompok supporter satu fakultas?
Bagaimana rasanya jadi anak Vokasi yang ketika berangkat dan pulang kuliah
melewati fakultas-fakultas S1? Dua pertanyaan yang berpotensi merenggangkan
hubungan antar warga ‘Yujiem’ tersebut akhirnya bisa diredam bahkan stigmanya
dihilangkan, hanya dengan satu program kampus: KKN. Ya iyalah, kalau ngga akur
juga.. ngga bakal jalan itu program kita yang sifatnya interdisipliner. Di unit
kami, ada 3 fakultas yaitu Vokasi, Kedokteran, Geografi, dan tambahan 4
mahasiswa asing dari FEB. Selama dua bulan berjalan, dari yang saya alami.. gap antar fakultas tersebut tidak terasa.
Ngalor-ngidul ngobrol dengan teman antar fakultas sampai dini hari ditemani
kopi, kompakan mlipir berjamaah, kulineran bareng dan banyak lagi. Meski ada
satu dua hal yang berseberangan, seiring dengan kepentingan egonya masing-masing..
intinya secara keseluruhan jika dibandingkan unit yang lain, team satu unit
kami termasuk unit yang kompak. Alhamdulillah.
|
Tiga fakultas dalam satu frame. |
Berteman
dengan Konflik, Membuat Kita Belajar Lebih Dewasa
Ketika menjalani KKN
selama di Dusun Puton, ada saja konflik internal yang terjadi antar teman-teman
mahasiswa. Ada yang ketika mau istirahat itu ngga afdol kalo ngga curhat ke
teman satu kamar, sampai berpesan lampu kamar (yang kira-kira 25 watt) jangan
dimatikan sampai bangun. Silahkan bayangkan sendiri betapa terang benderangnya
malam-malam di kamar itu. Maka saya yang bertoleransi, tiap mau tidur pasang headset (takut terlibat ngomongin orang)
dan matanya ditutupin slayer, selama 2 bulan. Hmmm. Ada juga yang agak aneh,
suka mengambil keputusan sendiri tanpa konfirmasi ke teman-teman satu kluster. Tapi
alhamdulillah, ada Kormanit yang berbakat menengahi persoalan teman-teman
sekalian. Yang penting, ngga ada kasus aneh-aneh yang sampai lapor-laporan atau
kabur-kaburan segala. All is well.
Konflik eksternal juga
ditemui ketika berinteraksi dengan warga. Waktu perkenalan ke paguyuban
gamelan, kami mengikuti latihan mereka sampai tengah malam. Tiba-tiba muncul
ide dari pengurus gamelan yang mana intinya adalah meminta kami mementaskan
kethoprak untuk acara perpisahan. Kami yang diusulkan jadi pemain, dan
sekaligus menyokong separuh dari total dana yang akan dikeluarkan untuk pentas
tersebut. Mengingat banyaknya pertimbangan, akhirnya setelah berkonsultasi
dengan DPL maka tawaran pementasan kethoprak diputuskan untuk ditolak secara halus. Hal
selanjutnya malah makin mengernyitkan dahi, sebab beberapa minggu setelah itu..
perwakilan dari RRI Jogja datang ke kediaman Bapak Dukuh Puton –yang menjadi
pondokan KKN- untuk menanyakan perihal kesiapan pementasan ketoprak mahasiswa
yang akan diliput RRI Jogja. Nah.. miskomunikasi ternyata. Akhirnya musyawarah
yang menyelesaikan semuanya, dengan keputusan akhir mahasiswa tidak jadi berpentas,
namun cukup gotong royong dan meramaikan acara di hari H saja. Lega.
|
Ingatlah bahwa kita pernah tertawa bersama. |
KKN:
Belajar Bertetangga, Belajar Bermasyarakat
Kelak setelah melewati
masa KKN, akan datang masa skripsi, dan kemudian lulus, sekaligus diwisuda
insyaAllah. Pola kehidupan setelah mahasiswa adalah kehidupan after campus, entah melanjutkan bekerja,
berwirausaha, atau langsung nikah. Tapi yang jelas, di fase kehidupan kita
selanjutnya pasti akan menemui orang-orang baru dalam lingkungan baru.
Disitulah kita bisa menerapkan apa yang telah kita lalui bersama di kehidupan
KKN sebelumnya. Bagaimana harus ‘kulonuwun’ kepada tetangga kanan-kiri di suatu
tempat sebagai pendatang baru, berani mengajukan ide-ide di depan perangkat
dusun untuk memajukan tempat tinggal bersama, dan bertoleransi dengan budaya
atau adat setempat. Teruntuk teman-teman satu unit yang entah kapan lagi bisa
berkumpul, mungkin dengan tulisan dan sedikit dokumentasi disinilah kalian bisa
bernostalgia. Mengingat-ingat bahwa kita pernah berjuang bersama. Maka, jangan
lupakan satu sama lain jika ada kabar suka maupun duka. See you on top, my friends! Two
thumbs up buat kita semua!
|
No smile, no problem. Sejenak selfie berjamaah sebelum penyuluhan. |
*Berikut saya lampirkan beberapa dokumentasi lainnya selama KKN:
|
Icon baru Watu Ngelak, hasil dari program KKN. |
|
Kormanit dan warga di Merti Dusun Kowang. |
|
Bantuin anak-anak SD Kowang sikat gigi yang baik dan benar. |
|
Studi banding sekalian piknik. |
|
Antusias. |
|
Tiba saatnya pamitan di SD Kowang. |
|
Setelah presentasi dan pamitan di Desa Trimulyo. |
|
Pamitan. Sampai jumpa di lain kesempatan. |
Comments
Post a Comment
Pembaca yang cerdas tentu berkomentar dengan baik dan sopan. Terimakasih sudah mampir! :)